Selasa, 28 September 2010

Potret Hujan


kudapati, kekasih, lembar potretmu terakhir, buram karena airmata yang pernah kuteteskan di sana. ingatkah hujan itu?

Hujan yang kurekam dalam durasi panjang. Menceritakan seluruh kisah. Potret itu hanya bagian kecilnya. Aku takkan lupa

kusisakan airmata untuk kaurajang. masa telah kejam mencerabutmu dariku. hujan sebenarnya menggelayut dalam sanubariku.

Masa tak pernah mencerabutku drmu sayang. Hanya menggodamu dengan jarak. Ia kan tertawa saat hujan membuatmu menangis. 

kau selalu brcanda dengan hujan, sayang. kau lupa? entah berapa purnama sudah aku tak membelai rambutmu? hnya potret saja!

Hujan mengakrabi sendiriku. Membantuku melukis detail wajahmu. Itu yg kini kupajang saat pesanmu lewat di udara basah.

tapi aku tak pernah bersahabat dengannya. hujan selalu mengaburkan bingkai wajahmu. kuharap firasatmu benar tentangnya.

Jgn limpahkan kesalmu pd hujan. Ia selalu bisa memotret kenangan. Dari sekuel ke sekuel. Biarkan ia menjahili harimu.

gelakku selalu tumpu pada leluconmu. aku janji pada potretmu, akan kucari wajahmu di dalam hujan. siapa tahu kau kudapati.

Pegang saja janjiku.Kan ada aku menari di tiap rinainya.Kutembangkan pula cicitan pulang camar laut.Aku merindukanmu.

akan kusibak tirainya begitu kudengar kecipak langkahmu. hujanpun masih sama deras. potretpun sama buram. aku menantimu.

<sebuah duet asyik @therendra dan @no3na>

Tidak ada komentar:

Posting Komentar