Selasa, 28 September 2010

Kereta Mimpi

Kenapa harus aku yg memulai? Meninggalkanmu, melupakanmu, mengubur segalanya. Aku letih. Kau malah tertidur dgn mimpimimpimu. 

kau lupa? aku berpamitan baik-baik. bahkan kusampirkan sekuntum anggrek kuning di kerudungmu. di kereta itu, mimpi dibeli

Kereta itu hanya membawa tubuhmu. Aku masih hrs membereskan pecahan beling yg kautancapkan. Kau tergesa seakan bersayap. 

semburat lukamu adalah dosaku. padahal sayap inipun rajutanmu. gerbong kita kuisi mimpi agar tuhan padu kabulkannya.

Penatku pekat. Rajutan mimpimu kian berkarat. Masihkah ada aku di situ? Ini musim keempat. Saat keretamu tak jua lewat

bidadari, semai sabar di janinmu. parasmu erat masih, rekat dalam lembar mimpi. kereta ini sarat. jalannya berat.

Aku pernah meminta kepada musim. Memberiku masa tak berbingkai. Entahlah. Tak pernah ia menjawab pinta. Tak mau ia melamur lara.

bagaimana kau memohon doa yang sedemikian lancang? padahal kita hanya titik kecil warna di gaun Tuhan. Ialah mpunya mimpi!

Bagaimana bisa kausebut lancang? Aku meminta bukan memaksa. Bahkan sebutir debu layak memohon. Bahkan sehelai daun boleh berharap

ya. kudengar derumu di sela2 suara kereta! malaikat mencemoohmu sayang. tapi sudah kutimpuk mereka dengan mimpi kita yang awal: abadi

Mimpi kita memadati udara. Kukutipi satusatu rindu yg tersisa. Kusesakkan dlm gerbong kereta. Pulanglah! Aku menantimu 

kuhenti kereta itu. agar mimpi kita endap di angin pagi nanti. aku pulang jelma gemintang. untukmu, rembulan! aku pulang. 

<duet @therendra dan @no3na, 20 09 10>

Tidak ada komentar:

Posting Komentar